Suatu hari saya bertemu dengan seorang pedagang es
buah yang laris di depan sebuah Rumah Sakit di Bekasi. Ia bekerja dengan ditemani seorang Asisten.
Kepada saya, pedagang es itu bercerita bahwa pengalaman usahanya sudah 30
tahun. Pernah mangkal di depan pabrik shampoo, pernah pula berdagang keliling
di kompleks perumahan. Sampai akhirnya mendapat tempat mangkal di rumah sakit.
Saya bertanya, “Bapak kan sudah berpengalaman dan
dagangannya laris, pasti sudah punya banyak cabang dong?”.
“Wah nggak
sanggup pak untuk buka cabang, pusing ngurus karyawan. Punya satu karyawan saja
repot ngurusnya, gimana kalau punya 10 karyawan atau lebih,”ujarnya.
Di sekitar kita banyak usaha yang laris tapi tidak
sanggup berkembang. Usaha itu tidak berkembang bukan karena tidak laku, tapi
karena pemilik usaha tersebut belum
punya mental untuk memimpin dan mendelegasikan pekerjaan. Saya menyebutnya
mental pemberdaya.
Jika anda memiliki mental pemberdaya, pasti akan mudah
memimpin orang lain, karena setiap mendapatkan tugas berat, akan dipikirkan
bagaimana membagi tugas ke orang lain dan bagaimana caranya orang lain dapat
bekerja dengan senang hati. Ia akan belajar bagaimana berkomunikasi dengan
orang lain agar mudah membantu.
Banyak manager dan para pemilik UKM kesulitan
mengendalikan anak buah karena mereka berharap orang lain bisa bekerja sehebat
dirinya. Dengar saja keluhan manager,” gimana ya pak, anak buah saya lemot
banget, bekerja seperti itu saja kok kayaknya repot banget. Sudah saya tegur,
eh malah tambah lelet”.
Ingat baik-baik, jika Anda mengharapkan anak buah Anda
sama hebatnya dengan Anda, maka anak buah Anda sudah berada sejajar dengan
Anda, bukan berada di bawah Anda.
Untuk menjadi seorang wirausahawan yang
efektif, seseorang perlu mengasah mental pemberdaya atau ingin memberdayakan
orang lain. Dengan kata lain, ia tidak akan mengerjakan semua hal
oleh dirinya sendiri.
Ada anggapan keliru mengenai
pendelegasian tugas, yaitu jika suatu pekerjaan masih bisa ditangani sendiri
untuk apa menugaskan orang lain mengerjakannya. Alasannya, dengan menugaskan
orang lain, maka jumlah keuntungan yang didapat jauh lebih sedikit dibanding
jika dikerjakan sendiri. Salah satu faktornya karena kita harus menggaji
seseorang yang kita pekerjakan.
Kasus ini tidak perlu terjadi jika ia
memiliki mental produktif (baca artikel saya sebelumnya). Mental produktif yaitu mampu menyisihkan penghasilan untuk menciptakan penghasilan
baru. Salah satu caranya adalah dengan merekrut tenaga baru, membuka cabang
baru, merenovasi kantor, mengirim karyawan ikut training dan sebagainya. Jika Anda hanya mampu menyisihkan sedikit, sisihkanlah terus sampai cukup untuk menggaji karyawan untuk beberapa bulan. Jadi ketika sudah mulai ada karyawan baru, Anda tak perlu pusing darimana menggajinya. Yaitu dari hasil uang produktif tadi. Dan selanjutnya, karyawan yang berkembang akan menghasilkan pendapatan tambahan.
Merekrut karyawan adalah menerapkan mental pemberdaya dengan diawali dengan penerapan mental produktif.
Dengan mental pemberdaya, kita bangga
jika karyawan kita bertambah banyak dan usaha tambah maju. Orang bermental
pemberdaya berpikiran optimis bahwa pasti banyak orang yang jujur dan pekerja
keras. Bukankah di sekitar kita banyak tokoh agama yang mengajarkan kebaikan?
Tidak mungkin semua manusia sedemikian buruk tabiatnya. Bahkan seandainya
banyak yang bermental buruk pun, setiap manusia berpeluang untuk bisa berubah
ke arah kebaikan dan produktivitas.
Jika anda mendapatkan karyawan yang kompeten, kredibel dan loyal, didiklah untuk berkembang. Jikalau kelak dia keluar, ia akan berterima kasih kepada Anda. Ikhlaskanlah, Insya Allah itu menjadi bagian dari ibadah.
Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment