Saturday, February 25, 2017

Mental Wirausaha yang Kedua; Mental Pemberdaya

Suatu hari saya bertemu dengan seorang pedagang es buah yang laris di depan sebuah Rumah Sakit di Bekasi.  Ia bekerja dengan ditemani seorang Asisten. Kepada saya, pedagang es itu bercerita bahwa pengalaman usahanya sudah 30 tahun. Pernah mangkal di depan pabrik shampoo, pernah pula berdagang keliling di kompleks perumahan. Sampai akhirnya mendapat tempat mangkal di rumah sakit.

Saya bertanya, “Bapak kan sudah berpengalaman dan dagangannya laris, pasti sudah punya banyak cabang dong?”.

 “Wah nggak sanggup pak untuk buka cabang, pusing ngurus karyawan. Punya satu karyawan saja repot ngurusnya, gimana kalau punya 10 karyawan atau lebih,”ujarnya.


Di sekitar kita banyak usaha yang laris tapi tidak sanggup berkembang. Usaha itu tidak berkembang bukan karena tidak laku, tapi karena pemilik usaha tersebut  belum punya mental untuk memimpin dan mendelegasikan pekerjaan. Saya menyebutnya mental pemberdaya.

Jika anda memiliki mental pemberdaya, pasti akan mudah memimpin orang lain, karena setiap mendapatkan tugas berat, akan dipikirkan bagaimana membagi tugas ke orang lain dan bagaimana caranya orang lain dapat bekerja dengan senang hati. Ia akan belajar bagaimana berkomunikasi dengan orang lain agar mudah membantu.

Banyak manager dan para pemilik UKM kesulitan mengendalikan anak buah karena mereka berharap orang lain bisa bekerja sehebat dirinya. Dengar saja keluhan manager,” gimana ya pak, anak buah saya lemot banget, bekerja seperti itu saja kok kayaknya repot banget. Sudah saya tegur, eh malah tambah lelet”.

Ingat baik-baik, jika Anda mengharapkan anak buah Anda sama hebatnya dengan Anda, maka anak buah Anda sudah berada sejajar dengan Anda, bukan berada di bawah Anda.

Untuk menjadi seorang wirausahawan yang efektif, seseorang perlu mengasah mental pemberdaya atau ingin memberdayakan orang lain. Dengan kata lain, ia tidak akan mengerjakan semua hal oleh dirinya sendiri.

Ada anggapan keliru mengenai pendelegasian tugas, yaitu jika suatu pekerjaan masih bisa ditangani sendiri untuk apa menugaskan orang lain mengerjakannya. Alasannya, dengan menugaskan orang lain, maka jumlah keuntungan yang didapat jauh lebih sedikit dibanding jika dikerjakan sendiri. Salah satu faktornya karena kita harus menggaji seseorang yang kita pekerjakan.

Kasus ini tidak perlu terjadi jika ia memiliki mental produktif (baca artikel saya sebelumnya). Mental produktif yaitu mampu menyisihkan penghasilan untuk menciptakan penghasilan baru. Salah satu caranya adalah dengan merekrut tenaga baru, membuka cabang baru, merenovasi kantor, mengirim karyawan ikut training dan sebagainya. Jika Anda hanya mampu menyisihkan sedikit, sisihkanlah terus sampai cukup untuk menggaji karyawan untuk beberapa bulan. Jadi ketika sudah mulai ada karyawan baru, Anda tak perlu pusing darimana menggajinya. Yaitu dari hasil uang produktif tadi. Dan selanjutnya, karyawan yang berkembang akan menghasilkan pendapatan tambahan. 

Merekrut karyawan adalah menerapkan mental pemberdaya dengan diawali dengan penerapan mental produktif.


Dengan mental pemberdaya, kita bangga jika karyawan kita bertambah banyak dan usaha tambah maju. Orang bermental pemberdaya berpikiran optimis bahwa pasti banyak orang yang jujur dan pekerja keras. Bukankah di sekitar kita banyak tokoh agama yang mengajarkan kebaikan? Tidak mungkin semua manusia sedemikian buruk tabiatnya. Bahkan seandainya banyak yang bermental buruk pun, setiap manusia berpeluang untuk bisa berubah ke arah kebaikan dan produktivitas.

Jika anda mendapatkan karyawan yang kompeten, kredibel dan loyal, didiklah untuk berkembang. Jikalau kelak dia keluar, ia akan berterima kasih kepada Anda. Ikhlaskanlah, Insya Allah itu menjadi bagian dari ibadah.

Semoga bermanfaat

No comments:

Post a Comment