Riyadin adalah salah satu member Indonesian Entrepreneur Society (IES) yang sukses mengembangkan usahanya mulai dari nol. Awalnya dia merintis usaha percetakan dari usia sekolah. Kemudian mendapat resep membuat sari kedelai atau dikenal juga sebagai susu kedelai.
Akhir Desember lalu Bambang Suharno dan Dwijo Weliyanto dari IES (Indonesian Entrepreneur Society) berkunjung ke lokasi pabrik Puspita Sale, nama perusahaan produsen sari kedelai milik Riyadin.
Riyadin menceritakan bagaimana memulai usaha sari kedelai dengan modal sekitar 15 juta kemudian berkembang melalui sistem penjualan dengan tim sales freelance. Meskipun freslance, sisi bonus untuk salesman dibuat sangat menarik sehingga mereka bersemangat mengembangkan pasarnya. Bahkan kini ada pola pasif income untuk tim pemasaran yang memiliki jaringan yang lebih luas. Namun ia tegaskan, ini bukan multilevel marketing.
Total karyawan dan tim penjualan sudah mencapai 130 an orang dengan wilayah pemasaran jabotabek, karawang dan Banten. Ia yakin pasar akan terus berkembang karena sari kedelai produksinya yang bermerek Sale tersebut diproduksi dengan sistem yang higienis, menggunakan gula asli, tidak menggunakan pengawet buatan dan didistribusi dengan cepat sampai ke konsumen.
Saat IES berkunjung adalah saat dimana produksi hari itu memecahkan rekor produksi tertinggi yaitu 56 ribu cup sehari.
'Terima kasih pak Bambang dan Pak Dwijo hadir pada saat kami mencapai produksi harian tertinggi", kata Riyadin.
Riwayat Singkat
Pria kelahiran Kebumen Jawa Tengah ini dari keluarga kurang mampu. Walaupun demikian, diantara saudara-saudaranya, hanya Riyadin saja yang bisa bersekolah hingga jenjang tinggi. Hal itu bukan karena keluarga mampu membiayai. Tetapi lantaran ada salah satu pamannya di Jakarta yang mengajaknya untuk tinggal bersamanya. Karena kebaikan beliaulah ia bisa bersekolah hingga jenjang SLTA.
Selanjutnya ia sambil berbisnis usaha percetakan dan merintis susu kedelai, ia kuliah di STIE Tunas Nusantara yang berlokasi di Jl Budi Dewi Sartika, Jakarta Timur. Kampus ini dikenal sebagai kampus wirausaha. Di antara kesibukan kuliah, ia aktif mengikuti training wirausaha di Kampus tersebut yang diselenggarakan Indonesian Entrepreneur Society (IES) bekerjasama dengan STIE Tunas Nusantara.
Bukan hanya training di IES, ia ikut berbagai seminar wirausaha. Selain itu IES juga meggunakan sistem administrasi keuangan yang berbasis Profit Meter karya mentor IES Riza Ananto.
Riyadin selalu menerapkan trilogi mental wirausaha yang diajarkan IES, yaitu mental produktif, mental pemberdaya dan mental tangan di atas. Mental Produktif maknanya adalah setiap ada hasil, sebagian diputar untuk menicptakan penghasilan baru. Mental pemberdaya, artinya untuk mengembangkan bisnis harus bisa memimpin dan mendelegasikan pekerjaan sehingga dapat menciptakan lapangan kerja. Mental tangan di atas, artinya tidak mengeluh atas segala yang masalah yang dihadapi, justru harus banyak berbagi dikala sulit maupun longgar.
Berkat menerapkan trilogi mental wirausaha, serta kegigihan dan konsistensi dalam mengembangkan bisnis membuat dia menjadi seorang sarjana yang sukses berwirausaha.
Selengkapnya silakan lihat video profil bisnis Riyadin di atas, atau di bagian kanan layar monitor komputer anda.***
No comments:
Post a Comment