Thursday, April 14, 2016

Menciptakan Keunggulan Bisnis dengan Modal NOL



Alkisah pada suatu hari sebuah perusahaan multinasional yang memproduksi minuman mau mengembangkan bisnisnya dengan melakukan promosi gencar di media. Pimpinan perusahaan memanggil perusahaan iklan untuk melihat proses pembuatan minuman, sebagai bahan untuk menyusun iklan.

Setelah tim iklan melihat proses pembuatan minuman, mereka berhasil menciptakan kalimat iklan yang menarik yaitu “minuman ini diproduksi melalui 10 tahap pembuatan yang membutuhkan ketelitian dan ketekunan demi menghasilkan minuman berkualitas tinggi”.

Kalimat ini ditertawakan oleh karyawan bagian produksi. Mereka mangatakan,”semua produsen minuman jenis ini pasti melakukan hal yang sama, kenapa kita sampaikan sebagai sebuah keunggulan ? Ini bukan keunggulan sama sekali!”

Di kemudian hari ternyata terbukti kalimat itulah yang justru mampu mendongkak penjualan minuman.

Kacamata produksi dengan kacamata marketing kerap kali berbeda pandangan dalam upaya menciptakan keunggulan. Dalam kasus pabrik minuman di atas, orang produksi sudah pasti paham bahwa di semua pabrik minuman sejenis yang telah memenuhi standar pasti melakukan 10 tahap pembuatan, tapi dari kacamata marketing, hal ini bisa sebagai keunggulan karena konsumen belum tahu dan jika dia yang menyampaikan, seolah-olah dialah yang pertama melakukan.

Orang produksi umumnya berusaha menciptakan keunggulan dari segi content (isi), sedangkan orang marketing bisa melihat sisi konteks. Sudah menjadi rumus umum, dalam persaingan kita harus lebih unggul. Kalau tidak bisa unggul, ciptakanlah perbedaan. Dan perbedaan itu tidak harus isinya melainkan bisa konteksnya, yaitu cara menyampaikannya, cara mengemasnya atau bisa juga cara menyajikannya. Bayangkan kita mau memproduksi obat flu yang lebih unggul, sedangkan untuk membuatnya sudah pasti ada aturan-aturan ketat misalnya kadar parsetamol maksimal 50 mg. Itu sebabnya dalam bersaing kita bisa menciptakan perbedaan yang menarik misalkan kemasannya, bentuknya, atau cara menyampaikannya. Ada obat yang ditampilkan sebagai minuman orang pintar, eksekutif, ada juga yang seakan-akan obat untuk rakyat jelata. Soal kualitas, kurang lebih sama saja.

Seorang rekan beberapa tahun lalu berbisnis ikan patin dan mempopulerkan ikan patin sebagai ikan rendah kolesterol. Saya bertanya padanya ”Mas, bukankah ikan lain juga banyak yang rendah kolesterol?”.

”Ya memang benar. Saya kan hanya berbicara”ikan patin rendah kolesterol, titik. Tidak bilang bahwa yang lain tinggi kolesterol,”jawabnya sambil tertawa.

Sebuah pabrik pakan unggas asal Korea juga pernah mengiklankan produk pakan unggasnya dengan kalimat ”Pakan kami diformulasikan dengan sistem komputer oleh nutrisionist berpengalaman dengan perhitungan formulai berdasarkan asam animo”.

Saya tahu pabrik pakan unggas yang lain juga melakukan hal yang kurang lebih sama tapi dengan menyampaikan hal tersebut seolah-olah dialah yang paling unggul.
 
Dalam menyelami konteks sebuah produk, kita bisa membuat sesuatu yang biasa dikemas menjadi istimewa. Sebuah hotel di Jakarta ada yang menyambut tamunya dengan pukulan gong, yang seringkali mengagetkan sekaligus membuat tamu tertawa bahagia. Sebuah restoran ada yang menyambut tamunya dengan selamat pagi, meskipun malam hari, membuat tamu tercengang dan tertawa pula. Biaya ”menjual” konteks menjadi sangat murah dibanding meningkatkan kualitas konten, misalkan melakukan perbaikan fasilitas kamar hotel (untuk kasus hotel) atau untuk melakukan perbaikan rasa masakan yang istimewa (untuk restoran).

Bagaimana dengan bisnis anda?

Bambang Suharno
Info seminar dan training wirausaha hubungi 0813 1069 6307

wirausaha modal kecil, bisnis yang menjanjikan, peluang wirausaha, wirausaha mandiri, contoh usaha kecil











No comments:

Post a Comment