Friday, April 22, 2011

Memahami Cara Kerja Uang (dikutip dari buku 7 Cara Tidak Gila Jadi Pengusaha)

Sebelum memahami dan menerapkan 7 jurus tidak gila dari pengusaha, ada baiknya kita pahami dulu cara kerja uang. Robert T Kiyosaki seorang entrepreneur Amerika yang terkenal dengan konsep cashflow quadrant berpesan, janganlah kita bekerja untuk uang tapi uang bekerja untuk kita.
Uang bekerja untuk kita? Apakah berarti menurut Robert, uang bisa bekerja? Menurut saya iya, uang bisa bekerja untuk kita. Bagaimana cara kerjanya? Mari kita pelajari.

Uang bisa Kerja Baik maupun Buruk

Uang memang bisa bekerja pada kebaikan maupun keburukan. Kita bisa menggunakan uang untuk menyuap, bisa juga untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kualitas produk yang kita jual. Menjual produk buruk dengan cara menyuap akan menghasilkan laba perusahaan yang buruk. Perhatikanlah dampak lanjutannya, cara seperti itu tidak langgeng. Akan lebih baik jika uang tersebut untuk meningkatkan kualitas produk dan promosi yang baik. Hasilnya akan bermakna dalam jangka panjang. Maka buatlah uang anda untuk melakukan pekerjaan yang baik.

Uang akan habis pada pola konsumtif dan akan berlipat ganda pada kegiatan produktif.

Jika kita membeli kendaraan pribadi hanya untuk pamer kepada tetangga, maka uang kita akan hilang secara perlahan-lahan, karena biaya mobil kita menjadi sangat mahal. Sebaliknya jika kita membeli mobil untuk rental atau angkutan, maka segala pengeluaran akan dihitung nilai ekonomisnya, alhasil uang untuk beli mobil rental ataupun angkutan akan berbuah menjadi uang yang lebih banyak.

Maka semakin tinggi gaji pegawai tidak berarti semakin kaya dan sejahtera, jika pengeluaran gajinya semata-mata untuk kegiatan konsumtif semata. Dan inilah yang umumnya terjadi di lingkungan kita! Sebaliknya, meskipun gajinya kecil, bila diputar dalam kegiatan produktif hasilnya akan berlipat ganda. Contohnya Waryono yang hanya seorang office boy, bisa mengembangkan bermacam usaha.

Uang anda akan lebih cepat berkembang apabila hasil dari usaha digunakan untuk pengembangan usaha berikutnya. Jika anda terburu nafsu untuk menghabiskan laba usaha, maka uang anda akan berkembang lambat, atau malah habis. Godaan pebisnis pemula adalah, ketika sudah menuai laba, mereka segera meningkatkan konsumtifnya, misalkan ganti mobil yang lebih bagus. Padahal bisnisnya sedang membutuhkan pengembangan. Cara ini biasanya membuat usaha akan lambat berkembang.

Uang berpihak pada yang memberi manfaat pada orang banyak.

Bayangkanlah anda tidak pandai berjualan, tapi anda memiliki produk yang bisa menghemat BBM yang merupakan satu-satunya produk di kampung anda. Apakah yang akan terjadi? Niscaya uang akan berpihak pada anda. Anda tidak punya produk unggulan seperti itu? Tenang saja, anda pasti bisa membuat sesuatu yang bermanfaat. Anda bisa mengajar matematika? Kasihlah kursus gratis. Jika ada manfaatnya, kelak anda bisa mengembangkan lembaga kursus dengan harga yang wajar.

Uang Mudah Mengalir kepada yang banyak bersedekah.

Ini adalah hukum alam, Jika anda taat pada agama, penulis yakin kata-kata ini tidak bertentangan dengan keyakinan anda. Cobalah anda menyumbang ke panti asuhan, anak yatim atau siapapun yang membutuhkan pertolongan. Anda tidak akan bangkrut, justru sebaliknya, ada energi alam semesta yang mendukung anda meraih rejeki lebih banyak dan berkualitas.

Uang tidak akan bekerja dengan baik pada orang-orang yang serakah.

Jika anda mendapat untung besar, lantas merubah gaya hidup menjadi gaya kelas atas dengan berhutang ke bank, percayalah, bisnis anda akan kedodoran. Sebuah petuah yang baik dari pengusaha besar adalah, cukuplah sepertiga dari penghasilan bisnis anda yang digunakan untuk kegiatan konsumtif, selebihnya untuk pengembangan usaha dan sedekah. Selanjutnya pengusaha itu berkata” saya sekarang pakai mobil mewah, tapi sebenarnya ini hanya sebagian kecil dari hasil bisnis saya. Lihat di sana, ada orang yang kemampuannya belum seberapa, tapi sudah pakai mobil lebih mewah dari sana. Perhatikan apa yang terjadi kelak”.

Maka, janganlah serakah.


salam sukses 
 Bambang Suharno

No comments:

Post a Comment